Langsung ke konten utama

Just text

Stupid or this is the right things. Kadang ada masanya disaat lo udah hampir gila ngga bisa bedain mana yg serius dan bercanda, mana yg nyata dan cuma ada di pikiran lo, mana yg kasar dan yg alus, mana yg jujur dan bohong, mana yg natural dan fake, mana yg bener lo lakuin dan yg salah lo lakuin, mana yg worth it dan ngga, mana yg logis dan ngga, mana yg enough dan too much, mana yg tepat dan nggak, semua itu udah ngga bisa dipikir dengan otak jernih lo. Bahkan pikiran dari otak orang lain pun seakan cuma jadi bulshit nambah apa yg udah ada di otak lo itu.

Semakin kita banyak nemuin masalah dan kesalahan dalam hidup, gue yakin disitu kita semakin belajar dibanding hidup yg lurus-lurus aja tanpa masalah. Bukannya ngga bersyukur ngga ada masalah, tapi sometimes kita harus berterimakasih dengan adanya masalah. Walaupun pada kenyatannya masalah itu selalu kita eluhin. Disaat ada ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan, ya disitulah masalah lo bermula. Setiap orang ngga ada yg sempurna dengan segala apa yg dimilikinya, berarti ngga menutup kemungkinan banget untuk orang berlaku salah atau ngga tepat pada tempatnya. Tapi inti dari semua itu balik lagi ke sudut pandang ya.. Lagi-lagi hal itu yg bikin bisa ngerubah semuanya, ngga akan lepas dari segi mana lo menilai dan memandang suatu hal. Kita mungkin selalu dibiasain dengan kata-kata negatif setiap harinya dimulai dengan “Jangan inilah. Jangan itulah.” tapi sadar atau ngga justru itu malah yg akan membawa kita ke pemikiran yg negatif tanpa kita sadari, kenapa ngga berpikiran untuk “Lebih ini. Coba esok selalu ini.” dan berbagai kalimat positif lainnya yg lo harepin ketika lo berhadepan dengan suatu hal yg namanya masalah, biar pemikiran positif bisa terus ngikut di otak lo.

Di saat kita ngga pernah nyadar akan suatu hal sepele yg bisa jadi boomerang buat diri kita sendiri, dan disaat lo udah nyadar ato bahkan kena boomerangnya, disitulah lo belajar dan paham gimana meaningnya hal sepele itu. Tapi miris kalo mesti ada boomerang dulu yg lo rasain baru lo bisa sadar dan belajar. Lo ngga mungkin hidup dengan boomerang terus kan untuk bisa belajar dalam hidup? Ngga pernah terpikir dalam hidup gue kalo sekarang ngehargain suatu hal itu bakal jadi salah satu judul penting dalam buku hidup gue sekarang. Apa hal ini dipengaruhin oleh sudut pandang (lagi), gue juga udah ngga peduli. Tapi biasainlah untuk think it normally what people do, not thinking normally what you do. Karena suatu hal yg “pada umumnya” kadang perlu dijadiin patokan dari untuk menilai hal itu wajar atau ngga, ini penting, biar kita tau batesannya ampe mana, karena kita hidup ngga sendiri, dengan banyak orang, dan ngga cuma dengan apa yg kita pikirin aja. Itu menurut gue, terserah buat yg sependapat atau ngga.

Gue akuin gue emang paling ngga bisa untuk tegas dalam suatu hal. Gue lembek, ngga bisa langsung nunjukin kalo gue marah, bahkan ketika mood gue lagi ancur-ancur nya pun gue bisa aja gampang luluh sama orang yg uda baik sama gue tanpa melihat mood gue yg jelek itu. Tapi ada kalanya disaat lo ngga bisa tegas dan memilih sabar, kesabaran itu emang ada batasnya. Basi emang kalo mau ngomong ginian. Tapi its trully life, ngga menutup kemungkinan banget lo bakal ngadepin kaya gini. Dan lebih kompleks lagi disaat ada masanya dimana kesabaran lo ngga pernah diliat sama orang dan lo jadi dianggap seolah annoying dengan kesabaran lo itu. Hampir gilak gue mikirnya, ini apa salah kesabaran yg udah kelewat banget apa ada otak yg ngga jernih ngeliat ini semua. Emang kayaknya kita perlu peka dengan kesabaran orang, karena disaat kesabaran orang itu uda abis, trust me kita  ngga akan pernah nyangka-nyangka hal itu bisa kejadian. Gue nulis ini juga bukan seolah gue orang yg paling sabar, ngga sama sekali. Ya, kita emang harus peka dan nyadar sama hal-hal yg ada di sekeliling kita, even itu something yg kecil sekalipun. Dan untuk peka dan nyadar itu kita mesti banyak belajar. Tapi ketika uda banyak kita belajar, tapi kita tetep scara ngga sadar, ngga peka dan ngga bisa nyadar, itu tandanya lo ngga pernah ngaca dan baca lagi dari apa yg udah lo pelajarin. Percuma.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jangan

Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti dengan alasan bosan kamu berpaling pada perempuan lain. Kamu harus tahu meski bosan mendengar suara dengkurmu, melihatmu begitu pulas. Wajah laki-laki lain yg terlihat begitu sempurnapun tak mengalihkan pandanganku dari wajah lelahmu setelah bekerja seharian. Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti kamu enggan hanya untuk mengganti popok anakmu ketika dia terbangun tengah malam. Sedang selama sembilan bulan aku harus selalu membawanya di perutku, membuat badanku pegal dan tak lagi bisa tidur sesukaku. Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti kita tidak bisa berbagi baik suka dan sedih dan kamu lebih memilih teman perempuanmu untuk bercerita. Kamu harus tahu meski begitu banyak teman yang siap menampung curahan hatiku, padamu aku hanya ingin berbagi. Dan aku bukan hanya teman yg tidak bisa diajak bercerita sebagai seorang sahabat. Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti dengan alasan sudah tidak ada kecocokan kamu memutuskan menjatuhkan talak padaku. K

Suratku Untuk Mama Setelah Menikah

Mamaku tersayang, Seperti semua gadis lainnya, aku sangat bahagia membayangkan bagaimana jika aku menikah nantinya dan menghabiskan seluruh waktuku bersama pangeran hatiku. Tapi setelah aku menikah, aku menyadari bahwa dalam pernikahan itu tidak semuanya kelopak mawar. Hingga lupa akan durinya. Aku tidak bisa bangun di waktu yg kusenangi. Aku diharapkan bangun dan selesai lebih dulu dibanding seluruh orang dalam keluarga. Aku tidak bisa mengenakan piyama seharian. Aku tidak bisa keluar rumah kapanpun aku mau. Aku dituntut untuk peka dengan seluruh kebutuhan keluarga. Aku tidak bisa bermalas-malasan di kasur kapanpun aku suka. Aku harus aktif dalam keluarga. Aku tidak bisa berharap dilayani seperti Tuan Putri. Akan tetapi akulah yg harus menjaga dan merawat semua orang di dalam keluarga sehingga terpenuhi kebutuhannya. Kemudian aku berpikir “Kalau begini, untuk apa aku menikah?”  Aku lebih bahagia denganmu, Ma. Aku ingin pulang ke rumah dengan makanan kesukaanku yg sudah terhidang di a

Kembali Bersyukur

Melihat banyak postingan teman-teman di media sosial tentang liburan yg bikin mupeng. Keinginan untuk melakukan hal yg sama sudah membuncah sejak lama, apalagi begitu masuk ke dunia kerja. Ada rasa ingin, tapi gue pun sadar bahwasannya untuk tahun ini, keinginan gue belum bisa diwujudkan karena belum punya cukup waktu yg “PAS”. Butuh waktu untuk menerimanya, hingga akhirnya hari ini Tuhan seakan menyadarkan gue untuk bersyukur dan tidak mengeluh. Secara tiba-tiba, gue teringat sebuah  quotes , “Count your blessings, not your problems”. Gue berpikir dan mencoba untuk flashback dari awal hingga hari ini. Gue buka galeri foto dan sosial media. Gue pun tersenyum. Gue melihat banyak hal indah yg terjadi sepanjang tahun. Dan seperti pesan dari salah seorang teman gue supaya gue selalu memandang positif akan segala hal, gue mencoba merangkum hal-hal indah yg terjadi sepanjang tahun ini beserta hal positif didalamnya. Tujuannya bermaksud sebagai  self reminder buat gue pribadi. Pertama kali