Langsung ke konten utama

Tau, padahal sebenernya nggatau apa-apa

Yes, people judging without knowing. Kata2 itu yg mungkin ngegambarin judul tulisan ini di atas. Pada dasarnya emang manusia melihat apa yg tampak kasat mata atau apa yg secara real mereka lihat. Tapi ya mereka kadang lupa kalo mereka masih punya pikiran yg bisa dipake untuk menilai sesuatu. Seolah tau segalanya, merespon cuma based on yg dia liat aja, tapi tanpa tau apa sih yg sebenernya terjadi.
Manusia dengan segala kelebihannya bisa meng-create sesuatu hal, dengan segala keegoisannya, bisa banget emang merubah A jadi B ato bahkan membolak-balikan B kembali ke A. It's easy. Dan gue menemukan faktanya memang di kehidupan nyata. Orang-orang di luar sana yg maybe notabenenya nggatau apa-apa, yg cuma mendengar dan melihat based on indra mereka aja selalu bertindak seolah paling tau ceritanya seolah paling bener sarannya. Bahkan gue yg ngga abis pikir, suatu hal yg subjektivitas bisa merubah impression masing-masing orang. Amazing. Terlalu klise kalo sampe mengurang-ngurangi fakta, mencoba menyelamatkan diri di atas suatu kesalahan sendiri dan berteduh di zona nyaman dengan fakta-fakta yg seolah beneran terjadi. Orang-orang ngga akan tau apa yg sebenernya terjadi karena yg mereka tau ya cuma tampak depan yg ditunjukan depan mereka. Dengan segala apapunlah yg jadi feelingnya, bisa merasa jadi orang yg paalingg paaling menderita, paling baik, paling sabar, dan paling-paling teraniaya, be careful guys karena ngga cuma elo doang mungkin yg kaya gitu, diatas langit masih ada langi, bro.

Bullshit sama semua bentuk pencitraan untuk memperkuat pondasi, bullshit sama semua bentuk pernyataan diri kalo ‘saya orang yg paling menderita lho’, bulshit sama semua itu. Everything comes back to you. Noted it! Disaat lo mendapat suatu teguran, suatu hal yg baik, atau bahkan sesuatu yg sampe membuat elo merasa orang yg paling paling menderita mungkin ya satu hal yg perlu banget dilakuin disini : Berkacalah. It’s a must. Karena dengan berkaca lo bisa tau ya mungkin sebab dari semua yg lo dapet pada akhirnya. Lo yg menanam benih, lo juga yg menuai broh. Introspeksi bahasa kerennya jaman sekarang, realize lah dari apa lo pernah lakuin selama ini supaya bisa menjawab kenapa semua ini terjadi sama diri lo sendiri. No offense but it’s truth dan gue pun pernah merasakannya. Berkaca sama diri sendiri bukan malah menajamkan mulut atas apa yg udah terjadi sama diri lo yg nantinya bisa jadi boomerang juga buat diri lo sendiri. Be careful yaks. It’s cruel but this is life, hard.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jangan

Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti dengan alasan bosan kamu berpaling pada perempuan lain. Kamu harus tahu meski bosan mendengar suara dengkurmu, melihatmu begitu pulas. Wajah laki-laki lain yg terlihat begitu sempurnapun tak mengalihkan pandanganku dari wajah lelahmu setelah bekerja seharian. Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti kamu enggan hanya untuk mengganti popok anakmu ketika dia terbangun tengah malam. Sedang selama sembilan bulan aku harus selalu membawanya di perutku, membuat badanku pegal dan tak lagi bisa tidur sesukaku. Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti kita tidak bisa berbagi baik suka dan sedih dan kamu lebih memilih teman perempuanmu untuk bercerita. Kamu harus tahu meski begitu banyak teman yang siap menampung curahan hatiku, padamu aku hanya ingin berbagi. Dan aku bukan hanya teman yg tidak bisa diajak bercerita sebagai seorang sahabat. Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti dengan alasan sudah tidak ada kecocokan kamu memutuskan menjatuhkan talak padaku. K

Suratku Untuk Mama Setelah Menikah

Mamaku tersayang, Seperti semua gadis lainnya, aku sangat bahagia membayangkan bagaimana jika aku menikah nantinya dan menghabiskan seluruh waktuku bersama pangeran hatiku. Tapi setelah aku menikah, aku menyadari bahwa dalam pernikahan itu tidak semuanya kelopak mawar. Hingga lupa akan durinya. Aku tidak bisa bangun di waktu yg kusenangi. Aku diharapkan bangun dan selesai lebih dulu dibanding seluruh orang dalam keluarga. Aku tidak bisa mengenakan piyama seharian. Aku tidak bisa keluar rumah kapanpun aku mau. Aku dituntut untuk peka dengan seluruh kebutuhan keluarga. Aku tidak bisa bermalas-malasan di kasur kapanpun aku suka. Aku harus aktif dalam keluarga. Aku tidak bisa berharap dilayani seperti Tuan Putri. Akan tetapi akulah yg harus menjaga dan merawat semua orang di dalam keluarga sehingga terpenuhi kebutuhannya. Kemudian aku berpikir “Kalau begini, untuk apa aku menikah?”  Aku lebih bahagia denganmu, Ma. Aku ingin pulang ke rumah dengan makanan kesukaanku yg sudah terhidang di a

Kembali Bersyukur

Melihat banyak postingan teman-teman di media sosial tentang liburan yg bikin mupeng. Keinginan untuk melakukan hal yg sama sudah membuncah sejak lama, apalagi begitu masuk ke dunia kerja. Ada rasa ingin, tapi gue pun sadar bahwasannya untuk tahun ini, keinginan gue belum bisa diwujudkan karena belum punya cukup waktu yg “PAS”. Butuh waktu untuk menerimanya, hingga akhirnya hari ini Tuhan seakan menyadarkan gue untuk bersyukur dan tidak mengeluh. Secara tiba-tiba, gue teringat sebuah  quotes , “Count your blessings, not your problems”. Gue berpikir dan mencoba untuk flashback dari awal hingga hari ini. Gue buka galeri foto dan sosial media. Gue pun tersenyum. Gue melihat banyak hal indah yg terjadi sepanjang tahun. Dan seperti pesan dari salah seorang teman gue supaya gue selalu memandang positif akan segala hal, gue mencoba merangkum hal-hal indah yg terjadi sepanjang tahun ini beserta hal positif didalamnya. Tujuannya bermaksud sebagai  self reminder buat gue pribadi. Pertama kali