Langsung ke konten utama

Ngomongin Masa Lalu Emang Paling Sensitif

Ketika gue bersiap untuk jatuh cinta lagi dan memulai semua cerita baru dengan orang yg baru, gue memutuskan buat ngga menyimpan semua kenangan lama dalam bentuk apapun. Untuk sesuatu yg bisa dilihat, diraba, diterawang (apalah itu). Gue memutuskan untuk ‘tidak menyimpan’ sampe bener-bener mata gue ngga bisa nemuin lagi sesuatu dari masa lalu tersebut.
Contohlah misalnya, foto. Empet banget ngga sih siapapun yg jadi pacar lo ketika harus ngeliat foto lo yg masih bareng mantan saat pacaran? Foto biasa aja bikin ‘panas’ apalagi foto lo yg.. Yaaa hahahaa itulah ya.. Secuek-cueknya pacar lo, ngeliat kayak begituan gue yakin banget dia pasti bete. Itu pasti.
Selain itu, barang-barang pemberian. Meskipun pacar lo sekarang ngga tau kalo ada barang yg lo pake itu pemberian mantan, ngga ada salahnya lo jujur sama diri sendiri dan menghargai pacar lo dengan ngga usahlah lo pake lagi, alangkah baiknya lo ngga usah simpen-simpen yg kayak gitu, someday pacar lo bakal tau sih dan itu bikin dia gondok banget.
Berbagi pengalaman, gue pernah berhubungan sama satu orang selama sekian tahun, dan bisa lo bayangin berapa banyak foto gue sama dia, dari jaman bocah banget. Ketika gue berpisah sama dia, gue akuin belum gue hapus karena alesannya ‘males’ dan berapa banyak barang yg dia kasih ke gue yg sewaktu itu sangat sangat berguna banget buat gue.
Ketika gue memutuskan untuk memulai semua dari awal dengan orang yg baru yg gue yakinin. Gue ilangin itu semua. Gue hapus semua foto dari semua handphone, mmc, folder-folder, tag foto yg gue sendiri sampe jereng itu ngehapusin, tapi semua itu gue lakuin buat satu hal 'gue bener-bener mau lepasin semua yg jadi masa lalu gue, memulai dengan yg baru dan sangat menghargainya' begitupun barang-barang, kemana gue lupakan itu semua? Jawabannya adalah, udah gua BUANG.
Intinya sih gini, sesuatu yg berhubungan dengan masa lalu itu sangat sangat sangatlah sensitif. Sekian 😉

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jangan

Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti dengan alasan bosan kamu berpaling pada perempuan lain. Kamu harus tahu meski bosan mendengar suara dengkurmu, melihatmu begitu pulas. Wajah laki-laki lain yg terlihat begitu sempurnapun tak mengalihkan pandanganku dari wajah lelahmu setelah bekerja seharian. Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti kamu enggan hanya untuk mengganti popok anakmu ketika dia terbangun tengah malam. Sedang selama sembilan bulan aku harus selalu membawanya di perutku, membuat badanku pegal dan tak lagi bisa tidur sesukaku. Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti kita tidak bisa berbagi baik suka dan sedih dan kamu lebih memilih teman perempuanmu untuk bercerita. Kamu harus tahu meski begitu banyak teman yang siap menampung curahan hatiku, padamu aku hanya ingin berbagi. Dan aku bukan hanya teman yg tidak bisa diajak bercerita sebagai seorang sahabat. Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti dengan alasan sudah tidak ada kecocokan kamu memutuskan menjatuhkan talak padaku. K

Suratku Untuk Mama Setelah Menikah

Mamaku tersayang, Seperti semua gadis lainnya, aku sangat bahagia membayangkan bagaimana jika aku menikah nantinya dan menghabiskan seluruh waktuku bersama pangeran hatiku. Tapi setelah aku menikah, aku menyadari bahwa dalam pernikahan itu tidak semuanya kelopak mawar. Hingga lupa akan durinya. Aku tidak bisa bangun di waktu yg kusenangi. Aku diharapkan bangun dan selesai lebih dulu dibanding seluruh orang dalam keluarga. Aku tidak bisa mengenakan piyama seharian. Aku tidak bisa keluar rumah kapanpun aku mau. Aku dituntut untuk peka dengan seluruh kebutuhan keluarga. Aku tidak bisa bermalas-malasan di kasur kapanpun aku suka. Aku harus aktif dalam keluarga. Aku tidak bisa berharap dilayani seperti Tuan Putri. Akan tetapi akulah yg harus menjaga dan merawat semua orang di dalam keluarga sehingga terpenuhi kebutuhannya. Kemudian aku berpikir “Kalau begini, untuk apa aku menikah?”  Aku lebih bahagia denganmu, Ma. Aku ingin pulang ke rumah dengan makanan kesukaanku yg sudah terhidang di a

Rasa Jadi Kata

Diamku Bukan Berarti Tanpa Luka. Sebenarnya Hatiku Meranggas di Bawah Sana Nampaknya kita punya definisi berbeda dalam mengartikan cinta. Buatku, cinta berarti komitmen dan kesetiaan. Sementara bagimu, cinta tak lebih dari ucapan yg bisa dikeluarkan tanpa memerlukan pembuktian. Jika memang kamu peduli, diamku selama ini pasti mudah kau sadari. Ketika kamu dengan mudahnya menggeser perhatian dariku ke teman perempuanmu. Ketika kau dengan genit flirting di media sosial, yg jelas-jelas bisa dengan mudah kutahu. Juga soal kebiasaanmu menatap layar ponsel ketika kita bersama, sementara justru tak terjangkau saat aku membutuhkanmu. Aku bukan orang yg mudah membagi perasaan hati. Sakit kupilih kusimpan tanpa repot berbagi. Tapi dalam diamku, ada doa yg kusimpan sendiri. Semoga suatu hari nanti, kamu bisa mengerti. Terbuat dari batukah hatimu? Tak sadarkah kau akan diamku yg sebenarnya jadi tameng pilu? Di matamu bisa saja aku tampak seperti manusia penyabar yg tak pernah mengekspresikan