Langsung ke konten utama

You Have To Fight

Catatan ini mungkin lebih khusus ke laki-laki. Sebab nanti, selepas menikah. Mungkin dalam pandangan matamu, istrimu tidak akan secantik-semanis-sebaik-dan sesempurna sewaktu kamu dulu memperjuangkannya. Saat ini, bisa jadi kamu bisa menyangkal. Tapi, nanti selepas menikah dan menjalaninya, kamu mungkin baru akan memahami maksudku ini.

Kamu harus berupaya untuk bisa terus mencintai istrimu. Perasaan itu tidak tumbuh seperti rerumputan yang terkena hujan. Perasaan itu adalah pohon besar dan kamu menanamnya sejak bibit. Kamu harus merawatnya, menyiraminya, melindunginya dari hama, menyiangi rerumputan disekitarnya, dan juga kamu harus selalu waspada agar ketika nanti ia sudah cukup besar, tidak ada orang lain yang tiba-tiba datang dan menebangnya.

Perempuan yang barangkali adalah temanmu, rekan kerjamu, atau orang yang tiba-tiba kamu temui di jalan. Mereka mungkin tidak melakukan apapun, tapi matamu tidak. Matamu bisa membuat apa yang terlihat menjadi beribu kali lipat lebih baik, lebih cantik, dan segala kelebihan lainnya yang mungkin akan menyulut perasaan lainnya. Tantangan. Seperti kala dulu kamu memperjuangkan perempuan yang menjadi istrimu saat ini.

Untuk itu, ingat-ingatlah selalu kebaikan perempuan yang sedang di rumah menunggumu pulang. Siapa orang yang paling khawatir kala kamu sakit. Siapa orang yang bisa menerimamu apa adanya saat kamu bukan siapa-siapa dan tak memiliki apa-apa selain kenekatanmu menikahinya dulu. Siapa orang yang rela bersusah payah mengurus segala keperluanmu, juga keperluan anak-anakmu nanti. Ia bersedia bersusah payah mengandung anakmu sembilan bulan dalam kepayahan yang kamu tidak bisa merasakannya. Anak yang mungkin lebih kamu cintai nantinya daripada istrimu.

Sungguh, untuk terus mencintainya, kamu harus berjuang. Bualanmu tentang cinta saat ini, juga bualanmu tentang segala janji itu bisa aku katakan adalah omong kosong. Sebab nanti, jalan yang amat panjang dan mungkin akan membosankanmu telah menanti. Biar tak bosan, kamu perlu menghidupkan setiap ingatanmu mengapa dulu kamu mau memperjuangkannya, setiap rasa syukurmu, dan iman.

Sebab menikah dengan seseorang yang kamu cintai saat ini bukanlah hadiah, melainkan sebagai ujian baru. Ujian yang hanya bisa kamu jawab ketika kamu menjalaninya, bukan dengan lisan, melainkan perbuatan ✨

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jangan

Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti dengan alasan bosan kamu berpaling pada perempuan lain. Kamu harus tahu meski bosan mendengar suara dengkurmu, melihatmu begitu pulas. Wajah laki-laki lain yg terlihat begitu sempurnapun tak mengalihkan pandanganku dari wajah lelahmu setelah bekerja seharian. Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti kamu enggan hanya untuk mengganti popok anakmu ketika dia terbangun tengah malam. Sedang selama sembilan bulan aku harus selalu membawanya di perutku, membuat badanku pegal dan tak lagi bisa tidur sesukaku. Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti kita tidak bisa berbagi baik suka dan sedih dan kamu lebih memilih teman perempuanmu untuk bercerita. Kamu harus tahu meski begitu banyak teman yang siap menampung curahan hatiku, padamu aku hanya ingin berbagi. Dan aku bukan hanya teman yg tidak bisa diajak bercerita sebagai seorang sahabat. Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti dengan alasan sudah tidak ada kecocokan kamu memutuskan menjatuhkan talak padaku. K

Suratku Untuk Mama Setelah Menikah

Mamaku tersayang, Seperti semua gadis lainnya, aku sangat bahagia membayangkan bagaimana jika aku menikah nantinya dan menghabiskan seluruh waktuku bersama pangeran hatiku. Tapi setelah aku menikah, aku menyadari bahwa dalam pernikahan itu tidak semuanya kelopak mawar. Hingga lupa akan durinya. Aku tidak bisa bangun di waktu yg kusenangi. Aku diharapkan bangun dan selesai lebih dulu dibanding seluruh orang dalam keluarga. Aku tidak bisa mengenakan piyama seharian. Aku tidak bisa keluar rumah kapanpun aku mau. Aku dituntut untuk peka dengan seluruh kebutuhan keluarga. Aku tidak bisa bermalas-malasan di kasur kapanpun aku suka. Aku harus aktif dalam keluarga. Aku tidak bisa berharap dilayani seperti Tuan Putri. Akan tetapi akulah yg harus menjaga dan merawat semua orang di dalam keluarga sehingga terpenuhi kebutuhannya. Kemudian aku berpikir “Kalau begini, untuk apa aku menikah?”  Aku lebih bahagia denganmu, Ma. Aku ingin pulang ke rumah dengan makanan kesukaanku yg sudah terhidang di a

Rasa Jadi Kata

Diamku Bukan Berarti Tanpa Luka. Sebenarnya Hatiku Meranggas di Bawah Sana Nampaknya kita punya definisi berbeda dalam mengartikan cinta. Buatku, cinta berarti komitmen dan kesetiaan. Sementara bagimu, cinta tak lebih dari ucapan yg bisa dikeluarkan tanpa memerlukan pembuktian. Jika memang kamu peduli, diamku selama ini pasti mudah kau sadari. Ketika kamu dengan mudahnya menggeser perhatian dariku ke teman perempuanmu. Ketika kau dengan genit flirting di media sosial, yg jelas-jelas bisa dengan mudah kutahu. Juga soal kebiasaanmu menatap layar ponsel ketika kita bersama, sementara justru tak terjangkau saat aku membutuhkanmu. Aku bukan orang yg mudah membagi perasaan hati. Sakit kupilih kusimpan tanpa repot berbagi. Tapi dalam diamku, ada doa yg kusimpan sendiri. Semoga suatu hari nanti, kamu bisa mengerti. Terbuat dari batukah hatimu? Tak sadarkah kau akan diamku yg sebenarnya jadi tameng pilu? Di matamu bisa saja aku tampak seperti manusia penyabar yg tak pernah mengekspresikan