Langsung ke konten utama

If my heart was a house, you’d be home

Siapa sangka, ya? Kalau ada kata yg lebih dari kata ‘nyaman’, mungkin itu sesuai sama apa yg gue rasain sekarang.
 
Oke lo pada pasti bakalan ketawa guling-guling bara bara bere bere ngga jelas habis baca ini. Sempet kepikiran, kalo dia ngelamar gue, meminta gue sebagai istrinya yg notabene bakal nemenin hari-hari dia, menua bersama, setiap hari ndengerin ocehan gue yg kadang ngga penting, makan makanan yg gue masak walaupun mungkin kurang asin atau terlalu asin, dihujani pertanyaan kalau pulang terlambat ke rumah, memejam untuk tidur dan membuka mata ketika terbangun dengan melihat muka gue lagi gue lagi, sabar ngadepin rewelnya gue ketika gue mengandung anak kami kelak, nemenin persalinan dan ngebesarin anak-anak kami sampe punya keturunan lebih bawah lagi dan saling ngetawain uban yg tumbuh di masing-masing rambut kami.

Ya, doi mencintai gue dan sebaliknya. Laki-laki dengan kepribadian yg mandiri yg selalu berusaha memenuhi keinginan gue walaupun kadang ngga penting. Laki-laki yg selalu berusaha ngebuat gue ketawa disaat gue marah-marah dan sedih. Laki-laki yg dengan sabarnya tersenyum ketika gue pms dan dengan segala tektekbengeknya sambil bilang “Kasian deh kamu sayang, sabar yaa.. Coba deh sayang minum ini, makan ini, atau sini aku elus perutnya..”. Entahlah, dia emang laki-laki super buat gue. Semoga hubungan ini akan selalu di kuatkan dalam menghadapi masalah-masalah yg akan datang kelak dan ngga akan pernah goyah sedikit pun. Aaminn Allahuma Aaminn :)

Kamu itu nyaman, senyaman aku berada di rumah sendiri ♥

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Miss you, Mah 💕

Mah, aku kangen.. Kangen banget sama mamah :') Mama orang yg paling hebat yg ngga bisa berhenti aku kagumi setiap harinya. Mah, aku tumbuh jadi anak mandiri dan keras kepala. Mungkin masih nakal, susah diatur, dan aku belum bisa menjadi anak perempuanmu yg tangguh dan bijak seperti mamah. Tapi aku yakin mah, ini masih proses, jalannya memang masih panjang mah buat kutempuh. Disini awalnya, aku akan berusaha lebih kuat, jadi orang yg lebih istimewa buat mamah. Mamah ngalamin masa-masa sulit dalm hidup bahkan sampe harus jatuh bangun demi anak-anak mamah, tapi mama ngga berhenti dan nyerah gitu aja. Itu yg membuat mamaku terlihat begitu istimewa dimata anak-anaknya. Sekeras apapun persoalan hidup yg menimpa, mamah ngga pernah menyerah dan mengaku kalah. Mama masih berjalan, walau kadang melambat. Tapi mama selalu bilang, ”Hidup itu kita yg kontrol, kita yg atur ritme nya. Hidup kita, kita yg jalani, kita yg punya misi.” Mamah, Mamah lagi ngapain sekarang? Udah makan belum? ...

Dua Hal yg Berbeda

Jika engkau berjilbab dan ada orang yg mempermasalahkan akhlaqmu, katakan kepada mereka bahwa antara jilbab dan akhlaq adalah dua hal yg berbeda. Berjilbab adalah murni karena Allah, wajib untuk wanita muslim yg telah baligh tanpa memandang akhlaqnya baik atau buruk. Sedangkan akhlaq adalah budi pekerti yg bergantung pada pribadi masing-masing. Jika seorang wanita berjilbab melakukan dosa, itu bukan karena jilbabnya, namun karena akhlaqnya. Yang berjilbab belum tentu berakhlaq mulia, namun yg berakhlaq mulia tentulah dia akan berusaha sebaik mungkin untuk menutup auratnya :)

Rasa Takut

Aku akan duduk melihatmu dari jauh sambil mendoakanmu selama aku tidak bisa melakukan apapun saat ini. Bahkan untuk sekedar bertanya apa kamu sudah makan atau apa kamu baik-baik saja. Sekalipun kesempatan itu ada, aku merasa tidak semua kesempatan mesti diambil. Aku akan duduk memperhatikanmu dari jauh-jauh sambil mendoakanmu. Sekalipun tangan dan kaki ini begitu ingin bergerak menolongmu ketika kamu tersandung dan jatuh. Aku tahu kamu bisa berdiri sendiri meski harus duduk sebentar untuk merasakan rasa sakit itu. Aku akan berdiri dan memandangmu dari jauh sambil mendoakanmu. Aku akan memastikanmu baik-baik saja, setidaknya aku tahu apa kamu bahagia atau bersedih hari ini. Sebab aku tidak bisa berada di dekatmu saat ini. Tuhan tidak menyukainya. Bahkan ketika aku bersembunyi-sembunyi seperti ini pun aku masih merasa takut bahwa Dia cemburu karena aku menduakan-Nya. Lalu aku bersimpuh, menanyakan pada diri sendiri mengapa aku takut untuk melangkah lebih jauh. Aku tahu aku menginginka...