Langsung ke konten utama

Mungkin ini bukan yg pertama kalinya, tapi…

Gue (alhamdulillah) terlahir normal. Gue pernah dan bisa ngerasain jatuh cinta. Begitu pun kecewa. Gue pernah putus asa, gue pernah seneng, berharap, dan lain sebagainya. Gue masih bisa ngerasain itu semua selama gue hidup.

Gue pernah jatuh cinta dan gagal. yg pasti gue kecewa dan gue pernah nyesel sampe akhirnya gue berpikir 'kalo gue ngga kayak gini, gue ngga akan pernah bisa berubah di depan, dan gue ngga akan pernah tau rasanya kehilangan dan menghargai'. Gue dikasih kesempatan Tuhan untuk jatuh cinta lagi. Gue dikasih kesempatan buat ngerasain deg-degan, melting, ketawa, dan semua perasaan orang ketika jatuh cinta.

Gue dikasih kesempatan ketika Tuhan pertemukan gue dengan dia. Gue akuin itu bukanlah pertama kalinya gue jatuh cinta dan berperasaan seperti itu. Jauh dari sebelum gue kenal dia, gue pernah ngerasain semua itu. Tapi, disini gue menemukan perbedaannya. Perbedaan yg gue sendiri masih bingung dan selalu ngga percaya sama apa yg gue rasain sampe saat ini, detik ini.

Pertama gue dikasih skenario untuk bertemu dia, gue ngerasain deg-degan dan waktu yg berjalan begitu cepat ketika gue sama dia. Pertama kalinya dia anter gue pulang, gue nunggu hari lain dimana kita bisa ketemu lagi. Pertama dia peluk gue, gue berharap waktu berhenti. Dan ketika gue ketawa dengan semua kekonyolan yg dia lakukan, gue selalu berharap supaya gue selalu seperti itu, keadaan yg sama, perasaan yg sama, passion yg sama, dan semua hal yg tidak akan pernah berubah.

Memang bukan pertama kalinya gue seperti itu ketika jatuh cinta, tapi ini pertama kalinya gue ngerasain semua itu setiap harinya. Ya, gue jatuh cinta setiap hari. Gue masih deg-degan setiap mau ketemu, gue masih selalu nunggu hari selanjutnta kita ketemu. Dan semua perasaan orang jauh cinta pada umumnya. Gue selalu berharap, semua ini tetap bertahan.

Aku tidak bisa berjanji apapun atas perasaan aku sama kamu, yg jelas aku bertanggung jawab atas semua perasaan ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Miss you, Mah 💕

Mah, aku kangen.. Kangen banget sama mamah :') Mama orang yg paling hebat yg ngga bisa berhenti aku kagumi setiap harinya. Mah, aku tumbuh jadi anak mandiri dan keras kepala. Mungkin masih nakal, susah diatur, dan aku belum bisa menjadi anak perempuanmu yg tangguh dan bijak seperti mamah. Tapi aku yakin mah, ini masih proses, jalannya memang masih panjang mah buat kutempuh. Disini awalnya, aku akan berusaha lebih kuat, jadi orang yg lebih istimewa buat mamah. Mamah ngalamin masa-masa sulit dalm hidup bahkan sampe harus jatuh bangun demi anak-anak mamah, tapi mama ngga berhenti dan nyerah gitu aja. Itu yg membuat mamaku terlihat begitu istimewa dimata anak-anaknya. Sekeras apapun persoalan hidup yg menimpa, mamah ngga pernah menyerah dan mengaku kalah. Mama masih berjalan, walau kadang melambat. Tapi mama selalu bilang, ”Hidup itu kita yg kontrol, kita yg atur ritme nya. Hidup kita, kita yg jalani, kita yg punya misi.” Mamah, Mamah lagi ngapain sekarang? Udah makan belum? ...

Dua Hal yg Berbeda

Jika engkau berjilbab dan ada orang yg mempermasalahkan akhlaqmu, katakan kepada mereka bahwa antara jilbab dan akhlaq adalah dua hal yg berbeda. Berjilbab adalah murni karena Allah, wajib untuk wanita muslim yg telah baligh tanpa memandang akhlaqnya baik atau buruk. Sedangkan akhlaq adalah budi pekerti yg bergantung pada pribadi masing-masing. Jika seorang wanita berjilbab melakukan dosa, itu bukan karena jilbabnya, namun karena akhlaqnya. Yang berjilbab belum tentu berakhlaq mulia, namun yg berakhlaq mulia tentulah dia akan berusaha sebaik mungkin untuk menutup auratnya :)

Rasa Takut

Aku akan duduk melihatmu dari jauh sambil mendoakanmu selama aku tidak bisa melakukan apapun saat ini. Bahkan untuk sekedar bertanya apa kamu sudah makan atau apa kamu baik-baik saja. Sekalipun kesempatan itu ada, aku merasa tidak semua kesempatan mesti diambil. Aku akan duduk memperhatikanmu dari jauh-jauh sambil mendoakanmu. Sekalipun tangan dan kaki ini begitu ingin bergerak menolongmu ketika kamu tersandung dan jatuh. Aku tahu kamu bisa berdiri sendiri meski harus duduk sebentar untuk merasakan rasa sakit itu. Aku akan berdiri dan memandangmu dari jauh sambil mendoakanmu. Aku akan memastikanmu baik-baik saja, setidaknya aku tahu apa kamu bahagia atau bersedih hari ini. Sebab aku tidak bisa berada di dekatmu saat ini. Tuhan tidak menyukainya. Bahkan ketika aku bersembunyi-sembunyi seperti ini pun aku masih merasa takut bahwa Dia cemburu karena aku menduakan-Nya. Lalu aku bersimpuh, menanyakan pada diri sendiri mengapa aku takut untuk melangkah lebih jauh. Aku tahu aku menginginka...