Langsung ke konten utama

Kamu Sudah Lebih Dari Cukup

Dengan seluruh kekaguman, surat ini aku kirimkan.
Kamu cukup tersenyum dan semudah itu aku jatuh terkagum-kagum. Kamu tak perlu menjadi pria kekar yang ada di drama-drama televisi, sesederhana itu sudah memikatku dengan ketulusan hati. Kamu memang tidak memiliki banyak seperti yang dunia unggulkan, tapi justru itu yang membuat kepadamu aku menetapkan pilihan. Kamu berbeda dan menerimaku apa adanya.
Bersamamu, aku tidak perlu menjadi orang lain. Kamu tak perlu menjadi pahlawan-pahlawan yang diidolakan oleh seisi dunia, karena kamu memiliki kekuatan khusus di mataku. Kekuatan untuk membuatku tersenyum disaat tak ada satupun yang mampu mengusir sedihku. Terlalu magis. Terlalu sederhana. Namun aku suka.
Sesederhana kamu hadir, segala kuatirku pun terusir. Dari caramu melihat dunia, dari caramu menatap realita, dari caramu menyebarkan cinta, dari caramu menggantungkan mimpi, dari cara kerja pikirmu dan dari caramu mencintaiku. Aku sungguh jatuh cinta. Kamu tak pernah berjanji, tapi selalu menyuguhkan segala yang melebihi ekspektasi. Kamu sudah lebih dari cukup. Terima kasihku takkan pernah habis-habis, karena Tuhan telah menghadirkanmu.
Terima kasih, priaku. Terima kasih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dua Hal yg Berbeda

Jika engkau berjilbab dan ada orang yg mempermasalahkan akhlaqmu, katakan kepada mereka bahwa antara jilbab dan akhlaq adalah dua hal yg berbeda. Berjilbab adalah murni karena Allah, wajib untuk wanita muslim yg telah baligh tanpa memandang akhlaqnya baik atau buruk. Sedangkan akhlaq adalah budi pekerti yg bergantung pada pribadi masing-masing. Jika seorang wanita berjilbab melakukan dosa, itu bukan karena jilbabnya, namun karena akhlaqnya. Yang berjilbab belum tentu berakhlaq mulia, namun yg berakhlaq mulia tentulah dia akan berusaha sebaik mungkin untuk menutup auratnya :)

Rasa Takut

Aku akan duduk melihatmu dari jauh sambil mendoakanmu selama aku tidak bisa melakukan apapun saat ini. Bahkan untuk sekedar bertanya apa kamu sudah makan atau apa kamu baik-baik saja. Sekalipun kesempatan itu ada, aku merasa tidak semua kesempatan mesti diambil. Aku akan duduk memperhatikanmu dari jauh-jauh sambil mendoakanmu. Sekalipun tangan dan kaki ini begitu ingin bergerak menolongmu ketika kamu tersandung dan jatuh. Aku tahu kamu bisa berdiri sendiri meski harus duduk sebentar untuk merasakan rasa sakit itu. Aku akan berdiri dan memandangmu dari jauh sambil mendoakanmu. Aku akan memastikanmu baik-baik saja, setidaknya aku tahu apa kamu bahagia atau bersedih hari ini. Sebab aku tidak bisa berada di dekatmu saat ini. Tuhan tidak menyukainya. Bahkan ketika aku bersembunyi-sembunyi seperti ini pun aku masih merasa takut bahwa Dia cemburu karena aku menduakan-Nya. Lalu aku bersimpuh, menanyakan pada diri sendiri mengapa aku takut untuk melangkah lebih jauh. Aku tahu aku menginginka